March 5, 2009

HOUSE AS HOME

tim: ayi, hendro, ucil


...sebuah rumah ramah...


Sesehat apa rumah tersebut tergantung dari pemiliknya. Sesehat apa pemiliknya tergantung dari suasana hati. Sesehat apa suasana hati tergantung bagaimana arsitek memberikan wadahnya. Pemikiran singkat ini membawa kami mencoba melihat kata 'ramah lingkungan' ---> 'sehat' menjadi sosok pribadi yang harus dibelah-belah lagi. Dibelah disini adalah dipilah, difilter mencari makna yang terbaik untuk memberikan sebuah embrio bagi design yang sejak dua bulan lalu tetap menyandang gelar 'digodok'.

Setelah berdebat diam (?) dan menjalankan tugas sesuai naluri masing-masing, tibalah bagi design tersebut disatukan. dicari kemiripannya. untuk kemudian saya layout dan tuangkan dalam tulisan panjang. DAN dhuarr.. tak semudah itu berkata 'sehat' adalah sehat. M.B.I.P aka kambingjantan dengan pengalaman arsitekturnya yang uda melibihi panjang jenggotnya dengan enteng berkata.

"wis to??"

AKRGAHHAHA...

ingin rasanya mengulang ke awal dua bulan lalu. ketika beramai-ramai menggodok, seharusnya diselipkan 'sesi penyatuan pendapat dan pemahaman' dikala itu. Tim interior membuatnya seminimalis mungkin akibat keracunan unsur RAB dan Eksterior membuat se ekstrim mungkin sehingga kalau orang awam melihat design itu pasti langsung sangsi melihat mix and matchnya.

jadilah saya pontang panting. mengarang kata-demi kata agar setidaknya antara luaran dan daleman terlihat saling koneksi atau masih silsilah ketabat dekat. belum lagi perasaan 'gonduk berkepanjangan' akibat predikat sebagai konseptor ternyata benar-benar angin lalu. membayangkan garang jadinya malah arang...

yah bukan arang setidaknya.. tapi 'senang', karena actually jobdesk dua bulan yang dirangkum jadi tiga hari bisa masuk start walaupun harus dengan luka-luka...



*cover*




*a single buildings*




*detail*





*favorit layout*


I love writing..
jadi keunggulan dari segala desain ini adalah bagaimana saya menyajikannya ke dalam tulisan!!

****

“...Objek berdiri untuk melengkapi sekitarnya. begitu juga dengan lingkungan. ia ada untuk menjadi wadah bagi apa yang berdiri di atasnya. Seolah ingin menghargai alas yang dipijaknya, rumah ini menjadi lebih ramah daripada lingkungannya sendiri. ia mampu tanpa harus merepotkan. ia memberi tanpa harus imbalan. Yang pada akhirnya ia menjadi sosok yang dicintai. Menyatu bersama alam...”

Berangkat dari pemikiran diatas, rumah ini tampil sebagai alternatif pilihan. Terbentuk dari single building yang menggunakan ‘hijau’ sebagai identitas, rumah ini akan tetap dapat tampil walaupun secara massal. Ketika ia berdiri sendiri, kami mencoba mengeksplorasi seluruh kompetensi yang dimiliki massa bangunan. Tak hanya menghijaukan sekitar tapi menghijaukan si obyek itu sendiri. Kami menginginkan ia menjadi nafas bagi penghuninya. Memberikan yang terbaik dari alam untuk kemudian menjadi sebuah wacana terwujud bahwa dirinyalah sendiri alam itu.

Ketika ia harus dilakukan secara massal, kami memberikan bentuk telanjang rumah tersebut tanpa si topeng hijau. Cukup apik ketika kisi-kisi kayu bisa menggantikan posisi sebagai identitas rumah ramah lingkungan. Tampilan fasad rumah yang kekinian mengundang setiap insan untuk mengintip apa yang ada dibaliknya. Selebihnya efek-efek dramatis pada ruang akan memberikan bukti betapa hangatnya rumah ini.

****

2 comments: